Kunjungan Obama 'isu seksi' teroris

JAKARTA - Rencana Presiden Amerika Serikat Barack Obama melawat ke Jakarta bakal jadi isu yang seksi bagi kelompok teroris. Niat itu diprediksi merangsang mereka untuk menyiapkan 'sambutan'. Karena itu, dinas intelijen, aparat kepolisian dan masyarakat harus mengantisipasi kemungkinan terburuk yang terjadi. Mengapa?

“Sel-sel teroris sangat mungkin telah menyiapkan langkah untuk meledakkan bom menyambut kehadiran Obama di Indonesia. Ini akan jadi kejutan bagi dunia,” kata analis intelijen Dynno Chressbon, hari ini.

Kehadiran Obama di Indonesia, menurut Dynno, merupakan momentum yang ditunggu-tunggu oleh kelompok teroris. “Ini bisnis besar bagi teroris jaringan Noordin M Top dan sempalannya. This is a big sale,” tambah Direktur Lembaga Studi Intelijen dan Keamanan Nasional (Siknal) itu.

Pada satu sisi, kata Dynno, kunjungan Obama menunjukkan pentingnya posisi Indonesia di mata AS. Tapi di sisi lain, lawatan ini dibaca oleh teroris sebagai hegemoni AS di Asia Tenggara, dengan cara merangkul Indonesia dalam orbit AS untuk berperang melawan terorisme global.

“Perang AS melawan terorisme akan memperoleh spirit dari lawatan Obama ke Indonesia, negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia,’’ kata Dynno.

Kunjungan Obama memang telah diisyaratkan Presiden AS yang pernah menetap di Jakarta itu. Obama bahkan menyatakan sangat rindu untuk menyantap kembali makanan kesukaannya di Indonesia. “Saya pasti akan ke Indonesia. Saya akan cari makanan kesukaan saya. Nasi goreng, bakso, mie goreng,” kata Obama, seperti dikutip duta besar RI untuk AS Sudjadnan Parnohadiningrat, di Washington DC.

Penegasan rencana kunjungan ke Indonesia dinyatakan Obama pada sebuah resepsi baru-baru ini yang diadakan untuk para duta besar asing di Washington DC, AS. Namun belum disebutkan kepastian tanggal kunjungannya.

Sementara itu ledakan bom yang mengguncang Indonesia sulit ditangkal, karena para pemimpin jaringan teroris pembom masih berkeliaran di Indonesia. Para pelaku pun selalu patuh pada perintah pimpinannya.

Pada dasarnya, kata Dynno, sel teroris di Indonesia itu tak punya keahlian merakit bom seperti para teroris global. Namun militansi mereka yang sangat tinggi dinilai sebagai modal besar, sehingga kelompok teroris internasional rela memberikan bantuan teknis demi ikut menunggangi kepentingan mereka.

Anehnya, kata Dynno, justru yang mengundang keterlibatan kelompok teroris internasional itu adalah pihak dari Indonesia sendiri. “Seperti Dulmatin, Hambali, dan Zulkarnaen. Ketika Hambali sebagai pemimpin Al Qaeda di Asia Timur tertangkap, Noordin bahkan mengaku sebagai pengganti Hambali. Dokumennya ditemukan CIA,” kata Dynno.

Dengan adanya kepemimpinan teroris berjaring internasional itu, maka Indonesia selalu menjadi sasaran bom.

Indonesia seakan menjadi tuan rumah teroris di Asia Tenggara. Persepsi inilah, kata Dynno, yang membuat mereka tak tertarik melakukan aksi terror bom bunuh diri di Malaysia.

“Para teroris asal Malaysia itu bahkan juga masuk dalam organisasi Daulah Islam Nusantara yang pusatnya di Indonesia,” kata Dynno.

Teror-teror bom bunuh diri yang dilakukan Indonesia, tambah Dynno, tujuannya tak lain ‘mengislamkan’ Indonesia. “Kalau Indonesia sudah bisa dikuasai, maka dengan sendirinya negara-negara di sekitar Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand, juga dapat dikuasai,” jelas Dynno.

Obama melihat kepemimpinan Indonesia di kancah Islam di Asia Tenggara masih dihormati Dunia Islam, sehingga lawatannya ke Indonesia akan bernilai sangat strategis. Setidaknya Obama menilai Indonesia adalah sahabat AS di Asia Tenggara dalam melawan terorisme.

Maka, kata Dynno, Indonesia mestinya memanfaatkan kehadiran Obama untuk meminta apa yang dibutuhkan, dari soal penghapusan utang sampai bantuan ekonomi, militer, dan pendidikan. “Itu bisa dilakukan mengingat Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara yang memiliki sumber daya manusia amat besar, namun terkena dampak krisis finansial global,” kata Dynno.

Apakah Islam Agama Teroris?


Lupakan sejenak argumentasi soal negara lain yang “lebih teroris” daripada “Islam.” Lupakan juga soal “ketakutan yang sengaja dipelihara dan diciptakan” serta teori konspirasi lainnya. Saat sekarang memang banyak yang mengatasnamakan Islam dan bahkan atas nama Allah untuk melakukan tindak terorisme. Itu fakta yang tak bisa ditolak.

Beberapa waktu lalu, Abu Dujana didor Densus 88 di Banyumas. Tak cuma itu, Densus 88 juga menciduk pucuk pimpinan JI, Zarkasih alias Mbah dan “Roy Suryo” nya Abu Dujana, Arif Syaifudin, juga Aris Widodo, Isa Ansyori Muchairom, Nur Fauzan Ade Setiawan, Nur Afifudin alias Suharto alias Haryanto, dan Azis Mustofa alias Api. Walau banyak politisi koar-koar karena merasa dianaktirikan, saya mengucapkan selamat buat Polri, BIN, dan pihak terkait lainnya untuk kerja kerasnya selama ini.

Memang benar, Indonesia belum 100% aman, apalagi Abu Dujana mengaku pernah memiliki 500 kg peledak dan senjata api. Penangkapan ini mungkin membuat struktur JI goyah, namun dengan sel organisasi yang kuat, bisa dipastikan JI akan segera memasang pimpinan dan staf anyar di organisasinya. Tapi, apa memang Islam tukang bikin teror?

Kalau dibaca seksama, lebih dari 3/4 isi Al-Qur’an mengulas soal akhlakul karimah. Soal sifat dan perilaku mulia yang harus dilakukan, bagaimana anak berbakti dengan orang tua, keluarga yang sakinah, adab dalam berkehidupan sosial, dan hal-hal terkait lainnya. Apalagi kalau dirunut ke belakang, kitab ini memang diturunkan untuk menyempurnakan akhlak manusia yang carut marut. Rasulullah sendiri juga merupakan figur yang sangat baik dalam kelemahlembutan dan sopan santun di setiap tutur lakunya. Tak heran kalau sejak masa mudanya, beliau sudah disegani banyak orang.

Al-Qur’an dan As-sunah sebenarnya lebih banyak mengulas soal “kita”. Sangat jarang ditulis tentang “mereka” atau “mereka” yang tidak seiman dengan “kita.” Toh, beragama adalah sebuah pilihan yang tak bisa dipaksakan. Sebagaimana tertulis dalam QS Al Baqarah 256, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).” Itu artinya bahwa kita tak boleh memaksakan orang lain untuk masuk agama kita. Kita juga tak boleh memaksa orang lain untuk serta merta mengikuti apa mau kita.

Pun di QS Al An’am 108, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.”Jadi sebenarnya juga tidak masuk akal kalau kita mengutuk Amerika atau Israel, apalagi menyebut mereka (maaf) kafir. It’s definitely wrong.

Kalau boleh jujur, Islam di Indonesia memang unik. Walau merupakan penduduk muslim terbesar di dunia, mereka terpecah dalam sekian banyak golongan, partai, klan, kelompok, dan garis pembatas lainnya. Typically, antara yang satu dengan yang lain susah untuk saling menghargai dan merasa bahwa dirinyalah yang paling baik dan paling benar.

Tentu ini terlalu lucu untuk disebut lelucon. Islam bertuhankan satu, nabinya juga sama, punya kitab yang sama. Jaman Rasulullah, Islam juga satu. Tapi kenapa sekarang umat Islam malah membuat garis pembeda sendiri-sendiri? Garis pembeda yang sebenarnya malah rentan pada perpecahan. Ada yang adem ayem, ada yang justru bikin bom. Ada yang sibuk ngurus pendidikan dan kesehatan, yang lain malah bikin rusak kafe dan bar.

Sampai sejauh ini, dunia barat memang unggul dalam iptek maupun ekonopolitik. Sangatlah bodoh kalau kita melawan senjata dengan senjata. Jelas kalahnya. Kalau memang ingin Islam diunggulkan, tentu harus dengan hati yang bersih dan otak yang cemerlang. Dengan cara-cara yang lebih cerdas dan taktis. Bukan dengan pengeboman dan penebaran teror di sana-sini.

Soal-soal demikian memang tak dapat dihindari sebagai sebuah tantangan jaman yang harus dihadapi manusia. Dinamika jaman yang terus berubah bisa membuat siapapun kian jauh dari agamanya. Masalahnya sekarang adalah bagaimana cara kita supaya selalu update terhadap perkembangan jaman tanpa mengabaikan rambu-rambu yang ada.

Agama dan kitab suci diturunkan oleh Tuhan yang maha tahu segalanya. Bukan agama yang musti berubah. Tapi kita sebagai manusianya.

Lukisan Wajah Mbah Surip Laku Rp25 Juta


Lukisan Wajah Mbah Surip Laku Rp25 Juta
Sahabat dekat Mbah Surip, Cubung Warso Putro, mengaku pernah melukis wajah penyanyi beraliran Reggae itu dan menjualnya seharga Rp25 juta pada 2007.

Cubung Warso Putro di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, lukisan tersebut diberi judul "Beauty and the Beast", yang dibuatnya tahun 2007 pada saat pelaksanaan Jambore Seni Rupa Nasional ke-12.

"Saya dulu melukis Mbah Surip berdampingan dengan Elsa Sigar, anak dari penyanyi balada Ully Sigar Rusadi. Saat itu memang Elsa dan ibunya sedang mengunjungi Pasar Seni Ancol, di mana keduanya merupakan teman dekat Mbah Surip," kenang Cubung.

Akhirnya Elsa dan mbah Surip dilukis wajahnya setengah badan. Dan lukisan itu dijual saat acara Jambore Seni Rupa Nasional ke-12 yang diselenggarakan di Pasar Seni Ancol.

"Tidak disangka, wajah unik Mbah Surip tersebut laku dijual oleh seorang kolektor. Saya tidak tahu siapa yang beli saat itu," kata Cubung.

Sementara itu, pada acara Jambore Seni Rupa Nasional ke-14 yang akan diselenggarakan pada Jumat (7/8) mendatang, para pelukis yang dekat dan pernah melukis Mbah Surip, rencananya akan memamerkan lukisan Mbah Surip tersebut.

"Saya juga masih menyimpan lukisan wajah Mbah Surip tahun 2007. Namun lukisan tersebut tidak untuk dijual," ujar Cubung. Alasannya, lukisan tersebut adalah buah karya kolaborasi antara Cubung dengan rekannya, Sudaryono, yang sudah meninggal dua tahun lalu.

"Saya saat itu melukis dengan Mas Daryono, yang ketika itu sedang kritis menderita penyakit kanker tulang," ungkap pelukis aliran surealisme tersebut.

Lukisan kolaborasi keduanya, menceritakan tentang, Umboro Karno dari pewayangan yang mana Mbah Surip dalam lukisan itu menggambarkan raksasa yang baik hati. Sedangkan Sudaryono yang merupakan pelukis beraliran Impressionis, menggambar seorang wanita cantik yang ditolong oleh raksasa yang baik hati itu.

Cubung mengatakan, sejumlah teman seniman pelukis pun pernah melukis wajah Mbah Surip. Namun para seniman memberikan hasil karyanya kepada Mbah Surip.

Menurut dia, semua lukisan yang mengambil model Mbah Surip, diserahkan kepada penyanyi dan pencipta lagu fenomenal "Tak Gendong tersebut yang telah meninggal dunia beberapa hari lalu itu.

"Mungkin di rumah Mbah Surip di kampung artis, banyak lukisan wajah Mbah Surip yang disimpan di sana, sebab setiap selesai melukis, para seniman memberikannya kepada Mbah Surip dan dibawa pulang," terang Cubung, yang mengaku mengenal Mbah Surip sekitar 20 tahun itu.

Selain Cubung, A Ad Sugiarto, juga melukis Mbah Surip saat sedang bermain gitar. Dalam lukisannya yang dibuat tahun 2005 itu, Mbah Surip sedang mengiringi para tamu pesta yang sedang merayakan ulang tahun Cubung.

"Saya melukis berdasarkan apa yang saya lihat. Saat itu, di pasar Seni Ancol, para seniman sedang merayakan ulang tahun Cubung. Di sana Mbah Surip bernyanyi dengan gitarnya, dan diabadikan dengan lukisan susana pesta tersebut," terang Sugiarto.

Namun saat ditanyai, apakah lukisan tersebut akan dijual. Sugiarto mengatakan, tidak akan menjualnya sebab kenangan dirinya dengan Mbah Surip sangatlah kental.

"Saya ini punya memori dengan Mbah Surip. Setiap kali pulang dari pasar Seni Ancol, pulangnya selalu bersama dengan Mbah Surip," kenangnya.

Banyaknya seniman yang melukis Mbah Surip, sebab penyanyi beraliran Reggea itu sudah menjadi ikon dan maskot para pelukis di Pasar Seni Ancol.(*)

sumber : (ANTARA News)